Halaman

Rabu, 31 Oktober 2012

surat


SMK NEGERI 17 JAKARTA

Alamat : Jalan Pule Gundes Tepus No. 5 Gunung Kidul Jakarta Barat
kode pos 11410




Nomor              : 01/SMK 17JKT/XII/2012                                                  20 April 2012
Hal                    : Undangan

                                                                                                         Yth. Orang Tua/Wali Murid
                                                                                                         di Jakarta
Dengan hormat,
            Sehubungan dengan semakin dekatnya pelaksanaan Ujian Nasional, kami akan mengadakan acara sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar Siswa agar dapat mencapai nilai yang maksimal. Acara ini akan dilaksanakan pada:

hari, tanggal                 : Senin, 23 April 2012
waktu                          : 08.00-12.00 WIB
tempat                         : Aula 2
motivator                     : Bapak Karyo Sentono

         Atas perhatian Bapak/Ibu kami mengucapkan terima kasih.

                                                                                                Hormat kami,
                                                                                    Kepala Sekolah SMKN 17 JAKARTA


                                                                                    Sudiyono, M. Pd.
                                                                                    NIP 19800327 200501 1 002

Tembusan :
Ketua Yayasan SMKN 17 JAKARTA


Selasa, 09 Oktober 2012

perbaikan surat resmi



SMK NEGERI 17 JAKARTA

Alamat : Jalan Pule Gundes Tepus No. 5 Gunung Kidul Jakarta Barat
kode pos 11410




Nomor              : 01/SMK 17JKT/XII/2012                                                  20 April 2012
Hal                    : Undangan

Yth. Orang Tua/Wali Murid
di Jakarta
Dengan hormat,
            Sehubungan dengan semakin dekatnya pelaksanaan Ujian Nasional, kami akan mengadakan acara sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar Siswa agar dapat mencapai nilai yang maksimal. Acara ini akan dilaksanakan pada:

hari, tanggal                 : Senin, 23 April 2012
waktu                          : 08.00-12.00 WIB
tempat                         : Aula 2
motivator                     : Bapak Karyo Sentono

         Atas perhatian Bapak/Ibu kami mengucapkan terima kasih.

                                                                                                Hormat kami,
Kepala Sekolah SMKN 17 JAKARTA


Sudiyono, M. Pd.
NIP 19800327 200501 1 002

Tembusan :
Ketua Yayasan SMKN 17 JAKARTA

Senin, 08 Oktober 2012

KARANGAN NON - ILMIAH

Anak Ku Pancasila


Di sebuah desa terpencil hiduplah sebuah keluarga sederhana, tapi meskipun sederhana mereka tetap bisa memberi kepada orang yang lebih miskin dan karena sifatnya itu  seluruh desa mengenal keluarga ini. Mereka sering memanggil sang suami dengan nama Patimura dan istrinya yang bernama Raden Ajeng Kartini. Tapi keluarga terasa kurang lengkap tanpa seorang anak. Itu lah yang di dambakan keluarga ini.
Pagi ini tampak berbeda, langit terlihat kurang bersahabat kelihatannya akan turun hujan tapi Patimura tetap saja pergi untuk mencari ranting-ranting di hutan. Sesampainya di hutan,  Patimura kebingungan, dia tidak melihat ranting yang jatuh ataupun berserakan di rerumputan. Ia malah mendapati seekor kelinci dengan darah di bulu putihnya, Patimura pun mendekatinya, membelai kelinci itu dan membawanya ke rumah. Tapi sesampainya di rumah Patimura baru ingat ia harus mencari ranting ia pun bergegas meletakan kelinci itu di kandang yang seadanya setelah di obati. Patimura pun kembali ke hutan tapi alangkah mengejutkan ia mendapati sebuah kendi yang berkilauan dari kejauhan. Dengan berani Patimura mulai mendekati kendi itu “semakin dekat semakin terang” geritik hati Patimura dan ternyata ia mendapati tulisan di samping kendi itu “ Tulislah apa yang kamu mau dan masukan kedalam kendi ini, Terimakasih kamu telah mengobati binatang peliharaan ku” Patimura terkejut dan langsung berlari kembali ke rumah sambil membawa kendi di tangan kanan dan surat yang di letakan di sebelah kiri.“Kartini sayang kamu di mana?” “aku di dapur ayah”. Patimura pun mendekati istrinya dan bercerita kepada Istrinya tentang apa yang telah terjadi tadi sewaktu ia ada di hutan tadi.
Mereka berdua memutuskan untuk membuang kendi itu karena tidak percaya pada hal yang seperti itu. Tetapi setiap kali mereka membuang kendi pasti besok harinya ada di depan rumah, banyak keanehan yang terjadi semenjak kejadian itu mulai dari ranting yang sangat mudah di dapatkan Patimura di hutan sampai saat Kartini masak selalu ada makanan yang di sajikan tidak sesuai dengan apa yang di masak Kartini, hal itu sangat membuat bingung keluarga Patimura. Sampai akhirnya Patimura merasa ketakutan sendiri dengan apa yang di alaminya, ia pun melakukan apa yang di tulis dalam surat yang ia temukan. Tidak lain permintaan Patimura adalah seorang anak untuk melengkapi kehidupan mereka. Setelah kendi itu di isi permintaan Patimura, semua kembali seperti semula Patimura yang memang sangat sulit mencari kayu kini kembali lagi kesulitan, Kartini pun memasak seperti biasa dan apa yang di masak kartini itu lah yang mereka makan.
2 Bulan pun berlalu, sepasang suami istri ini melakukan pekerjaan mereka seperti biasa, tapi pagi ini kartini sangat aneh ia muntah – muntah dan terlihat sangat lemah, Karena khawatir Patimura pun hari ini tidak pergi ke hutan untuk mengambil ranting dan menjaga istrinya. 3 jam berlalu Kartini terlihat tidak membaik kecemasan Patimura bertambah saat mendapati perut istrinya bertambah besar, Patimura bingung dan panik harus kemana dia, apa yang terjadi dengan Istrinya. Setiap jam berlalu perut kartini semakin membesar tapi Patimura tetap duduk di samping istrinya tanpa meminta bantuan kepada tetangga sekitar. Sampai pada puncaknya malam hari Kartini merintih kesakitan, Patimura bingung harus berbuat apa ia pun langsung berlari ke rumah tetangga untuk meminta bantuan. Tetapi sesampainya di rumah Patimura para tetangga mendapati kartini mengeluarkan seorang anak yang masih berlumur darah. Tetangga pun langsung bergegas membersihkan bayi itu dan membantu persalinan Kartini yang sangat mendadak itu. Keesokan harinya Patimura dan Kartini saling berpandangan di kasur kecil dan tipis itu mereka saling berpelukan dan dengan segenap rasa cinta membelai bayi yang mereka miliki entah dari mana asalnya .
Pancasila adalah nama anak dari Patimura dan Kartini kini dia sudah tumbuh dewasa berbadan tegap, berwajah Tampan, berkulit putih,dan di kagumi oleh seluruh gadis–gadis desa, meskipun begitu Pancasila tidak pernah sombong, Karena didikan yang baik itu lah kini Pancasila menjadi saudagar kaya dan bisa merawat kedua orang tuanya dengan baik meskipun masa kanak–kanaknya kelam karena sering di ejek sebagai anak jin atau anak kendi tapi ia tetap tidak memperdulikan hal itu, ia tetap mendengar semua yang di ajarkan kedua orang tuanya. Selain itu Pancasila di kenal di kampungnya sebagai pendekar silat terhebat dan mampu menguasai jurus - jurus dalam silat dengan cepat hingga dia sekarang mengajarkan ilmunya kepada anak didiknya. Sekarang orang desa di tempatnya tidak lagi menyebut Pancasila sebagai anak Jin atau anak kendi tetapi memanggil Pancasila dengan sebutan Kesaktian Pancasila, kenapa harus kesaktian? Orang sering bilang Pancasila tidak akan bisa jadi apa – apa tapi buktinya sekarang ia menjadi orang yang tumbuh dan di kagumi semua orang dari itu ia di sebut Kesaktian Pancasila. Akhirnya Patimura dan Kartini hidup bahagia bersama anak mereka yang patut di banggakan yaitu Pancasila.

Minggu, 07 Oktober 2012

Drama Sebagai Seni



Berdasarkan etimologi kata drama berasal dari bahasa Yunani drama yang berarti gerak tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan gerak – gerak itu memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Drama sering di sebut sandiwara atau teater. Sandiwara berarti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang – terangan. Karena lakon drama sebenarnya pesan ajaran (terutama moral) bagi penontonnya.
Dapat di simpulkan bahwa drama memiliki dua arti yaitu dalam arti luas adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukan di depan orang banyak . Dalam arti sempit drama adalah kisah hidup manusia dalam Masyarakat yang di proyeksikanh ke atas panggung, di dukung tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias dan tata busana. Dengan kata lain drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan teater moderen, sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada drama moderen saja.
Jenis Drama
  1. Berdasarkan Penyajian Lakon
Berdasarkan penyajian lakon, sedikitnya drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu tragedi ,komedi, tragekomedi, opera, melodrama, farce, tablo dan sendratari.
  • Tragedi adalah drama yang penuh kesedihan
  • Komedi adalah drama penggeliti hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton
  • Tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal – hal yang menggembirakan dan menggelikan hati. Sedih dan gembira silih berganti. Kadang – kadang penonton larut dalam kesedihan, kadang – kadang tertawa terbahak – bahak sebagai wujud rasa geli dan gembira
  • Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik dan lebih mengutamakan nyanyian dan musik
  • Meloderama adalah drama yang dialognya di ucapkan dengan iringan melodi/musik.
  • Farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan
  • Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog
  • Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari
  1. Berdasarkan Sarana
Berdasarkan sarana/alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penikmat (penonton,pemirsa,atau pendengar), drama dapat di bedakan menjadi enam jenis, yaitu drama panggung, drama radio, drama televisi, drama film, drama wayang dan drama boneka.
  • Drama Panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan.
  • Drama Radio tidak bisa dilihat dan diraba tapi hanya bisa didengarkan oleh penikmat
  • Drama Televisi dapat dilihat dan didengar meskipun hanya Gambar
  • Drama Film hampir sama dengan televisi bedanya drama film menggunakan layar lebar dan dipertunjukan di bioskop dan penontonnya berduyun duyun pergi ke bioskop
  • Drama Wayang adalah ada cerita dan dialog. Para tokoh digambarkan dengan wayang atau golek (boneka kecil) yang dimainkan oeh dalang
  • Drama Boneka adalah para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. Bahkan kalau bonekanya besar (didalamnya ada orang) boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.
  1. Berdasarkan Ada atau Tidaknya Naskah
Dibedakan menjadi dua jenis
    1. Drama Tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan naskah. Kalau pun ada naskah, naskah itu hanya berupa kerangka cerita dan beberapa catatan yang berkaitan dengan permainan drama. Contoh drama tradisional adalah ketoprak (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur) dan Lenong (Betawi)
    2. Drama Modern adalah menggunakan naskah. Naskah yang berisi dialog dan perbuatan para pemain itu benar diterapkan.Artinya, pemain menghapalkan dialog dan berbuat atau melakukan gerak-gerik seperti yang dikehendaki naskah
  1. Beberapa Istilah dalam Drama
  • Babak merupakan bagian dari lakon drama.Dalam pementasan, batas antara babak satu dan babak lain di tandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak.
  • Adegan adalah bagian dari babak. Setiap kali terjadi penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantin setting
  • Prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita)
  • Epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan.Isinya, biasanya berupa kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari tontonan drama yang baru saja disajikan
  • Dialog adalah percakapan para pemain
  • Monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri apa yang ia ucapkan tidak ditunjukan kepada orang lain
  • Mimik adalah ekspresi gerak – gerik wajah
  • Pantomim adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk menunjukan emosi yang dialami pemain
  • Pantomimik adalah perpaduan ekspresi gerak-gerik wajah dan gerak-gerik tubuh untuk menunjukan emosi yang dialami pemain
  • Gestur adalah gerak-gerik besar yaitu gerakan tangan,kaki, kepala, dan tubuh pada umumnya yang dilakukan pemain
  • Bloking adalah aturan berpindah tempat agar penampilan pemain tidak menjemukan
  • Gait adalah tanda-tanda khusus pada cara berjalan dan cara bergerak pemain
  • Akting adalah gerakan-gerakan yang dilakukan sebagai wujud penghayatan
  • Aktor adalah orang yang melakukan akting yaitu pemain drama
  • Improvisasi adalah gerakan – gerakan atau ucapan penyeimbang untuk lebih menghidupkan pemeranan
  • Ilustrasi adalah iringan bunyi-bunyian untuk memperkuat suasana yang sedang digambarkan
  • Kontemporer adalah lakon atau naskah serba bebas yang tidak terikat aturan atau kelaziman
  • Kostum adalah pakaian para pemain yang dikenakannya pada saat memerankan tokoh cerita dipanggung
  • Skenario adalah susunan garis-garis besar lakon drama yang akan diperagakan
  • Panggung adalah tempat para aktor memainkan drama
  • Layar adalah kain penutup panggung bagian depan yang dapat dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan
  • Penonton adalah semua orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan drama
  • Sutradara adalah orang yang memimpin dan paling bertanggung jawab dalam pementasan drama.

Bahan 2

1. Pengertian Dialog
Dialog adalah kegiatan berbahasa lisan antara dua orang atau lebih. Dialog juga dapat ditulis, yaitu dalam teks wawancara. Dalam teks wawancara dapat menemukan dialog antara pewawancara dengan narasumber. Wawancara adalah tanya jawab dengan seorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan di layar televisi. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu hal yang perlu diberitakan kepada orang banyak. Wawancara biasanya dilakukan oleh pihak yang berkepentingan dengan narasumber yang diperkirakan dapat memperkuat masalah yang dijadikan objek wawancara.Dalam cerita pendek dan naskah drama dapat menemukan dialog antartokoh. Dialog tidak selalu berisi tanya jawab seperti wawancara. Dialog juga dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Melengkapi Dialog yang belum Lengkap
Dialog atau percakapan dapat terarah jika ada topik atau pokok pembicaraan yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Supaya dialog menjadi menarik, maka topik yang diangkat juga harus menarik dan aktual. Artinya, topik itu masih baru dan menyangkut kepentingan orang banyak orang, misalnya pendidikan, kesehatan, dan olahraga. Dialog memuat pokok-pokok pembicaraan. Dialog yang belum lengkap, dapat diengkapi berdasarkan pokok-pokok yang dibicarakan dalam dialog. Dialog yang belum lengkap tersebut dilengkapi dengan kalimat yang masih relevan dengan pokok pembicaran dalam dialog. Jadi, kalimat yang digunakan untuk melengkapi dialog tersebut masih berkaitan dengan masalah yang dibicarakan dalam dialog.




Bahan 1

PENGERTIAN DRAMA
Asal kata ‘’DRAMA’’ dari Bahasa Yunanai yang artinya, berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan atau tindakan (action). Drama sebagai salah satu genre sastra atau cabang sastra kesenian yang mandiri. Drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan". Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera. dan ada juga yang menyebutkan Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca atau sering disebut closed drama. Ada drama naskah dan ada drama pentas.
Drama Naskah, salah satu genre yang disejajarkan dengan puisi, prosa.
Drama Pentas, jenis kesenian mandiri yang mengintegrasi antara berbagai jenis kesenian, seperti musik, tata lampu, dekorasi, kostum, rias, dll.
Bahasa drama adalah bahasa sastra, karena bersifat konotatif.
Konflik manusia merupakan dasar lakon, baik yang ditulis atau yang dipentaskan.
Teater mempunyai makna yang lebih luas daripada drama, karena dapat berarti drama, gedung, pertunjukan, panggung, grup pemain drama, dapat pula berarti segala bentuk tontonan yang dipentaskan didepan banyak orang

Anatomi Sastra Drama
Walaupun tidak semua, namun kebanyakan naskah-naskah drama dibagi-bagi di dalam babak. Suatu babak dalam naskah drama adalah bagian dari naskah drama itu yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di satu tempat pada urutan waktu tertentu.
Suatu babak biasanya dibagi-bagi lagi dalam adegan-adegan. Suatu adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa berhubung datangnya atau perginya seorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas. Bagian lain yang sangat penting dan secara lahiriah membedakan sastra drama dari jenis fiksi lain adalah dialog. Dialog adalah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Begitu pentinya kedudukan dialog di dalam sastra drama, sehingga tanpa kehadirannya, suatu karya sastra tidak dapat digolongkan ke dalam karya sastra drama.
Umumnya naskah sastra drama mempunyai bagian lain yang jarang tidak hadir, yaitu petunjuk pengarang. Petunjuk pengarang adalah bagian dari naskah yang memberikan penjelasan kepada pembaca atau awak pementasan—misalnya sutradara, pemeran, dan penata seni—mengenai keadaan, suasana, peristiwa atau perbuatan dan sifat tokoh cerita. Bagian naskah lainnya ialah prolog, namun tidak semua naskah memiliki prolog. Prolog adalah bagian naskah yang ditulis pengarang pada bagian awal. Pada dasarnya prolog merupakan pengantar naskah yang dapat berisi satu atau beberapa keterangan atau pendapat pengarang tentang cerita yang akan disajikan.
Disamping prolog terdapat pula epilog. Epilog biasanya berisi kesimpulan pengarang mengenai cerita; kadang-kadang kesimpulan itu disertai pula dengan nasihat atau pesan. Solilokui adalah bagian lain dari naskah drama. Solilokui merupakan suatu konvensi, yaitu suatu hal yang diterima pembaca atau penonton sebagai suatu yang wajar di dalam kerangka sastra drama. Aside adalah bagian naskah drama yang diucapkan oleh salah seorang tokoh cerita dan ditunjukan langsung kepada penonton dengan pengertian bahwa tokoh lain yang ada di pentas tidak mendengar.

JENIS-JENIS DRAMA
  1. Drama Tragedi
Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis ini di antaranya Romeo dan Juliet atau Ghost. Sementara contoh FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya Makhluk Tengah Malam yang ending-nya bercerita tentang si istri yang melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan kematian, tapi kekecewaan atau kesedihan. Oleh karena itu, cerita Makhluk Tengah Malam dapat digolongkan ke dalam jenis drama tragedi.

  1. Drama Komedi
1. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama jenis ini antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini antara lain Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, dan Kecil-Kecil Jadi Manten.
2. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman yang “culun” digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di antaranya The Mask dan Tarzan.
3. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh sinetronnya adalah Wong Cilik.
4. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya.
  1. Drama Misteri
1. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya atau suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis skenario memerkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton.
2. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus.
3. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur ghaib.
  1. Drama Laga/ Action
1. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau
pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini
misalnya Deru Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan.
2. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. Beberapa sinetron yang termasuk jenis ini antara lain Misteri Gunung Merapi, Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo. Untuk jenis drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai dialog panjang, tidak seperti skenario drama tragedi atau melodrama yang kekuatannya terletak pada dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan action sebagai daya tarik tontonannya. Penontonnya bisa merasakan semangat ketika menonton film ini.
  1. Melodrama
Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis. Penulis skenario cerita jenis ini jangan terjebak untuk membuat alur yang lambat. Konflik harus tetap runtun dan padat. Justru dengan konflik yang bertubi-tubi pada si tokoh akan semakin membuat penonton merasa kasihan dan bersimpati pada penderitanya. Contoh sinetron jenis ini antara lain Bidadari, Menggapai Bintang, dan Chanda.

  1. Drama Sejarah
Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. Contoh film yang bercerita tentang peristiwa sejarah antara lain November 1828, G-30-S/PKI, Soerabaya ’45, Janur Kuning, atau Serangan Fajar. Sementara kisah yang menceritakan sejarah tapi lebih ditekankan pada tokohnya antara lain Tjoet Njak Dhien, Wali Songo, dan R.A. Kartini.
Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2002). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah drana berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah naskah drama. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya: 1) judul; 2) tema; 3) plot atau alur ; 4) tokoh cerita dan perwatakan; 5) dialog; 6) konflik; dan 7)latar.
  1. Judul
Judul adalah kepala karangan atau nama yang dipakai untuk buku atau bab dalam buku yang dapat menyiratkan isi buku tersebut. Judul suatu karya (buku) drama juga merupakan kunci untuk melihat keseluruhan makna drama. Judul isi karangan selalu berkaitan erat. Drama sebagai karya sastra dan merupakan cabang sini tergolong sebagai karya fiksi. Sugiarta dalam Sudjarwadi (2004) menjelaskan, judul pada karya fiksi bersifat manasuka, dapat diambil dari nama salah satu tempat atau tokoh dalam cerita, dengan syarat sebaiknya melambangkan isi cerita untuk menarik perhatian.
Judul karangan seringkali berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dari karya sastra, misalnya :
Dapat menunjukan tokoh utama
Dapat menunjukan alur atau waktu
Dapat menunjukan objek yang dikemukakan dalam suatu cerita
Dapat mengidentifikasi keadaan atau suasana cerita
Dapat mengandung beberapa pengertian
  1. Tema
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya Tema dikembangkan dan ditulis pengarang dengan bahasa yang indah sehingga menghasilkan karya sastra atau drama. Tema merupakan ide pusat atau pikiran pusat, arti dan tujuan cerita, pokok pikiran dalam karya sastra, gagasan sentral yang menjadi dasar cerita dan dapat menjadi sumber konflik-konflik.
Jika dikaitkan dengan dunia pengarang, tema adalah pokok pikiran didalam dunia pengarang. Setiap karya sastra (fiksi) telah mengandung atau menawarkan tema. Tema mengikat pengembangan cerita. Tema juga sebagai premis artinya rumusan inti sari yang merupakan landasan untuk menentukan tujuan dan arah cerita. Menurut Nurgiyantoro (1995), tema dibagi dua, yaitu tema mayor ( tema pokok cerita yang menjadi dasar karya sastra itu) dan tema minor (tema tambahan yang menguatkan tema mayor).
  1. Plot atau alur
Menurut Sudjarwadi (2005), plot atau alur dalam drama tidak jauh berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Dalam drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak, tahapan peleraian, dan tahapan akhir. Hanya saja dalam drama plot atau alur itu dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan.
  1. Babak
Babak adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai oleh perubahan setting atau latar. Sedangkan adegan merupan babak yang ditandai oleh perubahan jumlah tokoh ataupun perubahan yang dibicarakan.
  1. Tokoh cerita dan perwatakan
Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita dapat berupa manusia, binatang, makhluk lain seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari, setan atau iblis, jin, setan, sikuman, roh, dan benda-benda yang diinsankan. Tokoh dalam karya sastra memiliki perwatakan. Adanya watak yang berbeda-beda menyebabkan timbulnya peristiwa atau konflik yang membuat cerita semakin menarik. Berdasarkan segi peran atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita dibedakan menjadi dua bagian. Yaitu central character (tokoh utama) dan peripheral character (tokoh tambahan). Ada dua macam tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penderitaannya dalam suatu karya sastra (drama).
Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama, yaitu :
  • Mencari tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
  • Mencari tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan
  • Melihat intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema)
Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita ada empat macam, yaitu tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan peran pembantu. Ada pula pendapat lain, bahwa ada tiga macam tokoh cerita, yaitu tokoh utama, tokoh pendamping, dan tokoh tambahan. Berdasarkan wataknya, tokoh cerita dibedakan menjadi dau jenis, yaitu flat character (tidak mengalami perubahan) dan round character (mengalami perubahan).
  1. Teknik Dialog
Teknik dialog sangat penting di dalam drama. Dialog merupakan ciri khas suatu karya drama. Adanya teknik dialog secara visual membedakan karya drama dengan yang lain, yaitu puisi dan prosa. Dialog ada juga di dalam puisi dan prosa, tetapi tidak semutlak di dalam drama. Dialog di dalam drama tidak boleh diabaikan karena pada dasarnya drama merupakan dialog para tokoh cerita. Dialog adalah percakapan tokoh cerita. Dalam struktur lakon, dialog dapat ditinjau dari segi estetis dan segi teknis. Dari segi estetis, dialog merupakan faktor literer dan filosofis yang mempengaruhi struktur keindahan lakon. Dari segi teknis, dialog biasanya diberi catatan pengucapan yang ditulis dalam tanda kurung. Dialog melancarkan cerita atau lakon. Dialog mencerminkan pikiran tokoh cerita. Dialog mengungkapkan watak para tokoh cerita. Dialog merupakan hubungan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog berfungsi menghubungkan tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Dialog juga berfungsi menggerakan cerita dan melihat watak atau kepribadian tokoh cerita.
Ada dua macam tenik dialog, yaitu monolog dan konversi (percakapan). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapakan pemeran utama dalam sandiwara. Epilog berarti bagian penutup pada karya drama untuk menyampaikan atau menafsirkan maksud karya drama tersebut.

  1. Konflik
Konflik adalah pertentangan. Tokoh cerita dapat mengalami konflik, baik konflik dengan diri sendiri, dengan orang / pihak lain, maupun dengan lingkungan alam. Seperti halnya biasa, tokoh cerita dalam drama juga mengalami konflik. Konflik dapat membentuk rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan kausalitet. Konflik di dalam karya drama dapat menimbulkan atau menambah nilai estetik. Tanpa konflik antar tokoh cerita, suatu karya drama terasa monoton, akibatnya pembaca atau penonton drama menjadi bosan.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa konflik dibagi menjadi dua bagian, yaitu konflik eksternal dan internal. Ada juga pendapat lain yang menyatakan bahwa konflik ada tiga macam, yaitu konflik mental (batin), konflik sosial, dan konflik fisik. Konflik mental (batin) adalah konflik atau pertentangan antara seseorang dengan batin atau wataknya. Konflik sosial adalah konflik antara seseorang dengan masyarakatnya, atau dengan orang / pihak lain. Konflik fisik adalah konflik antara seseorang dengan kekuatan diluar dirinya, misalnya dengan alam yang ganas, cuaca buruk, lingkungan yang kumuh, pergaulan yang salah. Konflik merupakan kunci untuk menemukan alur cerita. Dengan adanya konflik, maka cerita dapat berlangsung. Konflik berkaitan dengan unsure intriksik yang lain, seperti tokoh, tema latar, dan tipe drama. Konflik dapat menggambarkan adanya tipe drama.
  1. Latar
Latar merupakan unsur struktural yang sangat penting. Latar di dalam lakon atau crita drama harus mendukung para tokoh cerita dan tindakannya. Pengarang tentu membuat latar membuat latar yang tepat demi keberj\hasilan dan keindahan struktur drama. Penggunaan latar yang berhasil juga menentukan keberhasilan suatu karya drama. Penyaji latar yang tepat dapat menciptakan warna kedaerahan yang kuat sehingga dapat menghidupkan carita. Latar adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat, termasuk di dalamnya aspek waktu, iklim, dan periode sejarah. Latar mendukung dan menguatkan tindakan tokoh-tokoh cerita. Latar memberikan pijakan cerita dan kesan realistis kepada pembaca untuk menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi (Nurgiyantoro, 1995).
Fungsi latar yaitu:
1. menggambarkan situasi
2. proyeksi keadaan batin para tokoh cerita
3. menjadi metafor keadaan emosional dan spiritual tokoh cerita
4. menciptakan suasana
Unsur-unsur latar yaitu:
letak geografis
kedudukan / pekerjaan sehari-hari tokoh cerita
waktu terjadinya peristiwa
lingkungan tokoh cerita
Aspek latar berdasarkan fungsinya mencakup:
tempat terjadinya peristiwa
lingkungan kehidupan
sistem kehidupan
alat-alat atau benda-benda
waktu terjadinya peristiwa
  1. Amanat
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
  1. Bahasa
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 68), bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa (style).
Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan kesehatian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budyaa, dan pendidikan.
Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
Unsur Ekstrinsik
Menurut Tjahyono (1985), unsur ekstrinsik karya sastra adalah hal-hal yang berada di luar struktur karya sastra, namun amat mempengaruhi karya sastra tersebut. Misalnya faktor-faktor sosial politik saat karya tersebut diciptakan, faktor ekonomi, faktor latar belakang kehidupan pengarang, dan sebagainya. Mengutip pernyataan Wellek dan Warren, Tjahyono menjelaskan pengkajian terhadap unsur ekstrinsik karya sastra mencakup empat hal. Salah satunya adalah mengkaji hubungan sastra dengan aspek-aspek politik, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Bahwa situasi sosial politik ataupun realita budaya tertentu akan sangat berpengaruh terhadap karya sastra tersebut.
Unsur yang membangun karya sastra berdasarkan pendekatan struktural meliputi unsur intrinsik dan ekstrinsik. Pembahasan kali ini akan dikhususkan pada unsur ekstrinsik karya sastra, khususnya prosa.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
b. Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
c. Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
d. Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
e. Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah Kalimantan.

Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional.
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan masyarakat desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.