Halaman

Selasa, 13 November 2012

Puisi 3

Harapan
Karya: Abdi Maulana
Ketika negara tak mampu berbuat apa –apa
Terdiam dan membisu
Tinggal menunggu kehancuran tiba
Yang di guncang
Genggaman orang – orang itu
                        Wahai para pemuda
Harapan besar ada di pundak kalian
Maka bergeraklah
Lakukan apa yang kalian bisa
Sumpah para pahlawan bangsa
Kalian bagaikan pedang yang di asah tajam
Dan siap di gunakan untuk mengisi kemerdekaan
Ingat nasib bangsa
 Engkau yang menentukan

Puisi 2

Berbeda
Karya: Liza Putri Wiharti
Kau dan aku
Kita terlahir sama
Aku manusia dan kau manusia
Tapi retakan kaca ini tak bisa di tutupi
Aku sudah pernah bilang
Jangan kau dekati itu
Aku sudah pernah katakan
Kau akan mencabik hati ku
Tapi kau hanya tersenyum kepada ku
Menyesal
Tidak, aku bukan seperti itu
Aku harus seperti apa ?
Saat kau memandang ku
Kau selalu bertolak belakang dengan larangan ku
Apa ku harus membisu ?
                                    Ku coba berdiri seperti pohon
Tapi kau angin yang kuat
Apa ku harus mencabut akar ku dan pergi dengan dirimu
Kita berbeda
Kau api dan aku air
Kita berbeda
Ya, kita berbeda
Andai kau mau bersama ku raih surga
Tapi jika ku dengan kau, aku akan terperosok kejurang terdalam
                        Kau bilang akan berikan bulan untuk ku
Tapi ku bilang tidak
Cukup kau yang menerangi ku dan bersama ku
                        Tapi tubuh mu kini putih pucat
Terbujur kaku di selimuti jas rapi dalam sebuah peti
Kini aku hanya mendoakan yang terbaik untuk mu di sana
karena dunia kita kini berbeda.

Puisi 1

Selasa, 06 November 2012

naskah drama



KAU MILIKKU DAN JUGA MILIKNYA

Pemain :
1.      Adul
2.      Amat
3.      I’is
Petugas Kasir

(setting: disebuah taman kota pada sore hari)
Adul :  Sayang, minggu depan ada acara ulang tahun sepupuku. Aku mau ajak kamu datang ke pesta itu.
I’is    :  (mencoba mengingat-ingat, apakah dia juga ada janji kencan dengan Amat, pacarnya yang satu lagi) Hmm…. Pengen sih, tapi lihat nanti ya. Aku belum tahu minggu depan di kantor ada lembur atau tidak.
Adul :  (yang sebenarnya sudah tahu kalau I’is ada kencan dengan Amat) Duuh, diusahain dong. Kan aku juga mau ngenalin kamu ke keluarga besarku.
I’is    :  Iya, aku usahain (tak lama kemudian hp I’is berdering. I’is melirik ke layar hp nya dan ternyata Amat yang menelepon).
Adul :  Kok nggak diangkat say?
I’is    :  Ah nggak penting.. Dari temenku kok. Nanti aku telepon balik aja (sambil berusaha menyembunyikan kegugupannya).
Adul :  Eh pinjam hp nya dong.. Aku mau sms temen kantorku (sambil senyum-senyum usil).
I’is    :  Pulsaku habis juga tuh (sudah mulai merasa tidak nyaman).
Adul :  Oh ya sudah lah.. Yuk kita pulang saja sudah sore nih.
I’is    :  (merasa belum mendapatkan barang apapun hari itu, dia berpikir keras tentang bagaimana caranya bias mengajak Adul ke mall) Kita ke mall dulu yuk.. Ngadem bentar gitu.. Sambil lihat-lihat.
Adul :  Oh pengen ke mall? Ayo (kemudian mereka berdua jalan ke mall karena jarak antara taman dan mall yang dekat).
I’is    :  (setelah sampai di mall sibuk memilih-milih baju disebuah butik) Bagus nggak say? Pantes enggak aku pakai ini? (sambil bergaya bak foto model).
Adul :  Oh bagus.. Makin cantik aja kamu say (Adul yang tahu akal bulus I’is yang selalu memoroti uangnya mulai memasang strategi).
I’is    :  Sudah ini aja.. Setelah bayar kita pulang biar nggak kemalaman (sambil membawa barang-barang belanjaannya ke kasir).

(Adul yang biasanya mengikuti I’is ke kasir saat itu terlihat anteng di dekat kamar ganti dan pura-pura tidak mendengar ajakan I’is)
I’is    :  (berteriak untuk kesekian kalinya) Sayang.. Ini loh sudah selesai dihitung belanjaannya.
Adul :  (sambil berjalan mendekat) Ya udah.. Tinggal bayar kan.
I’is    :  Kok kamu gitu.. Kan yang biasanya kamu yang bayarin (sambil marah teriak-teriak).

(Tak lama kemudian, Amat pun mendekat ke meja kasir).
Amat   :        Oh ini juga yang biasa membayari barang-barang belanjaanmu?
I’is    :  (dengan ekspresi yang kaget setengah mati) Eh.. hmm.. anu.. kok kamu bisa disini?
   Amat   : Aku memang sengaja datang kesini. Aku dan Adul sudah tahu pola tingkahmu mempermainkan kami.
   Adul :  Sudah puas kan kamu menghabiskan uang kami selama ini?

(Petugas kasir mengingatkan I’is untuk segera membayar barang belanjaannya karena jumlah orang yang mengantri semakin banyak)
   I’is    :  (dengan tertunduk malu) Maaf mbak, saya tidak jadi beli semua barang-barang ini (kemudian terdengar teriakan cemooh orang-orang yang sedang antri di belakang I’is)
   Adul dan Amat : Enak ya dibikin malu seperti sekarang. Kena batunya kan sekarang.

   (Tanpa menjawab, I’is kemudian lari meninggalkan Adul dan Amat).

SELESAI

Senin, 05 November 2012

naskah drama


PARA PELAKU
1.      TORA, seorang anak yang berdagang Koran dan majalah. Suka menolong temannya untuk ikut mendapat penghasilan berdagang seperti itu.
2.      SALMA, dari keluarga miskin, sudah kelas VI dan suka keluyuran, suka menyanyi, banyak temannya menyukai suaranya.
3.      DEANITA, kelas IV SD suka bergaul dan suka berdisco. Keluarganya amat memanjakannya.
4.      IRENE, tetangga dekat dan satu kelas dengan Deanita, suka merajuk. Kalau berdisco gerakkannya bagus.
5.      RARA , tetangga Deanita yang hamper setiap bermain dirumah Deanita memanfaatkan barang-barang mainan milik Deanita. Punya rasa tak mau kalah dan cenderung cerewet. Ia juga kurang tangkas berpikir.
6.      SENJA, adik Irene. Tidak banyak bicara namun cermat mengamati  segala sesuatu di sekelilingnya termasuk tingkah laku temannya. Sekali bicara pasti mengejutkan.
7.      YODA, kemana-mana selalu mengajak temannya-temannya. Umurnya baru 7 tahun.
8.      RYAN, suka mengiri dan gampang marah.
9.      SEPTHA, ingin membantuorang tuanya mencari uang tetapi sering tidak tepat memenuhi janji. Dengan kata lain banyak keinginan lemah pelaksanaannya.


LANGGANAN BARU
                                    Tora sedang duduk di pinggir trotoar. Majalah dan koran-koran bertumpuk di pangkuannya. Salma berseragam sekolah lewat di depannya.
SALMA              :       Hai, kok duduk saja?
TORA                 :       lagi istirahat, panas banget.
SALMA              :       Gimana denganmu?
TORA                 :       Biasa.
                                    ( Salma berdiri di samping Tora, matanya memandang ke depan )
SALMA              :       Duitmu ‘kan banyak!!
TORA                 :       Kalau minum harus beli lama-lama duitku habis.
SALMA              :       Sok tau lu. Tuh lihat, orang-orang pada keluar kantor mau makan siang.
TORA                 :       Aku tawarin ke sana dulu ya??
                                    ( Tora pergi menggotong dagangannya )
SALMA              :       Nah, gitu dong siapa tahu siang ini majalah laku banyak.
 ( lalu bernyanyi tanpa di iringi musik )
Kembalikan lagi senyumku yang manis seperti dulu
ku rasa kini ku tertahan menahan luka yang amat dalam
Kembalikan lagi senyumku, ku tak betah begini
--- waah,, Tora laku majalahnya. Aku bisa nebeng cepek nih.
( Tora muncul lagi )
TORA                 :       Kamu lihat.
SALMA              :       Majalahmu laku kan?
TORA                 :       Ya. Orang itu minta  jadi langganan.
SALMA              :       berarti uang bakalan mengalir nih?
TORA                 :       Orang itu minta majalah diantar ke rumahnya tiap Minggu. Nih alamatnya.
                                    ( memperlihatkan kartu nama )
SALMA              :       Aku tahu alamat ini, nggak jauh dari sini.
TORA                 :       Ya, dia bilang begitu. Makanya aku setujui permintaannya. Dan kupikir ini rejeki buatmu.
SALMA              :       Maksudmu aku yang kau minta mengantar majalah itu ke rumahnya tiap minggu?
TORA                 : Ya. Nanti kau ambil majalah itu dari aku siang hari sebelum kamu berangkat sekolah dan langsung antar ke rumahnya, supaya sorenya dia pulang dari kantor bisa langsung baca. Jadi tak perlu lagi : nebeng cepek Tor, bagi cepek, bagi cepek.
SALMA              :       Ahaa,, semua keuntungan majalah itu untukku??
TORA                 :       Ambillah semuanya. Syukur kalau nanti kau bisa cari langganan sendiri.
SALMA              :       Mekar Harapanku.
                                    Berteman dengan Tora
                                    Melebihi saudara sendiri.
                                    Aku meelamun tak pernah jadi kenyataan.
                                    Aku berusaha dan mendekatlah semua.
                                    Sekarang aku butuh cepek buat kesekolah
                                    Aku mau naik bus itu.
TORA                 :       Ingat ini yang terakhir
                                    ( Merogoh kantongnya mengeluarkan uang ratusan , diberikan pada Salma yang langsung lari mengejar bus )

LATIHAN GERAK DI RUMAH DEANITA
                                    Deanita muncul bersama teman-temannya sambil menenteng tape-recorder compo.
DEANITA          :       Di sini saja, ah. Di ruang itu nenek suka marah-marah.
IRENE                :       Kita ambil stroom dari mana?
DEANITA          :       Sudah kusediakan kabel panjang. --- Rara, tolong ambilkan kabel putih.
RARA                 :       Apakah cukup panjangnya??
DEANITA          :       Cukup, aahh, cerewet !!
                                    ( Rara pergi )
IRENE                :       Cepet dong, sudah gatel nih!!
DEANITA          :       ( berteriak kepada Rara ) Sudah??
RARA                 :       ( dari belakang panggung ) sudah. Kemana nyolokinnya??
DEANITA          :       Bego amat sih. Itu colokannya di balik pintu !!
RARA                 :       ( dari belakang panggung ) Pintu yang putih atau yang coklat?
IRENE                :       Masak nggak ngliat sih. Kamu biasa main di sini kok nggak apal colokan.
DEANITA          :       Memang anak satu ini begonia nggak ketulungan. ---Rara, pintu yang coklat.
SENJA                :       Cepat dong Ra.
DEANITA          :       Sudah!
RARA                 :       ( dari belakang panggung ) sudah. Sudah.
                                    ( Rara muncul kembali )
DEANITA          :       Oo, yaa, kasetnya??
SENJA                :       Nih ! ( Mengeluarkan kaset dari kantongnya )
IRENE                :       Bener itu ? Lagu kemarin aja.
SENJA                :       Ya, bener di kaset itu. Side B.
DEANITA          :       Di rewind dulu.
SENJA                :       Nggak, sudah pas. Pasang saja.
                                    ( Deanita memencet tuts play, maka menggelegarlah musik kesukaan mereka untuk mengiringi latihan gerak. Semua anak yang hadir menggeliat-geliat melahirkan tarian yang aneh dan kompak )

                                    ****
                            ( Muncul Yoda bersama teman-teman lelakinya. Mereka berjalan sambil menenggak minuman dalam kaleng. Lalu membuang kaleng itu begitu saja. Mereka terpancing membuat gerakan sendiri ).
RARA                 :       Siapa suruh kamu datang ke mari.
RYAN                 :       Memangnya nggak boleh??
RARA                 :       Kita ‘kan mau latihan sendiri, nggak mau ditontong orang.
YODA                :       Dari luar musik terdengar keras sekali. Kupikir kalian pasti lagi latihan lantas kami semua masuk kemari. Ternyata benar ! Kalian sedang latihan apa sih??
IRENE                :       Latihan apa sih?
DEANITA          :       Latihan apa sih?
RARA                 :       Tanya aja sama dia!
RYAN                 :       Ala, tengiik semua. --- Yoda, ayo kita puter musik sendiri.
YODA                :       Kurang asyik, ah.
RYAN                 :       Di rumahku asyik’ kan??
YODA                :       Hai cewek-cewek, kalian mau ikutan nggak??
DEANITA          :       Sana mainlah sendiri.
YODA                :       Bener??
IRENE                :       Ya, cowok maainlah sendiri jangan campur cewek.
YODA                :       Baik. Tapi di sekolah bila ada yang jahilin kalian aku nggak bakalan bela kalian. --- Ayo, cowok-cowok cabut semua ! ( semua anak cowok pergi )
IRENE                :       Memangnya aku takut. Biar di sekolah di jahilin aku berani kok.
RARA                 :       Ya, tapi Eko?
DEANITA          :       Kalau yang di colek pipi kan kurang ajar.
IRENE                :       Ganti kita ludahin.
RARA                 :       Eko di ludahin malah kesenangan.
IRENE                :       Sambil pakai batu.
RARA                 :       Kalau ada batu. Tapi sulit cari batu.
SENJA                :       Udah, ah. Yuk, kita teruskan lagi.
RARA                 :       Gantii dong lagunya. Jangan it uterus.
DEANITA          :       Kamu sudah bisa? Gerakmu masih belum sama dengan kita.
RARA                 :       Tapi aku sudah apal.
IRENE                :       Apal apanya, kamu masih suka ngikut aku!
RARA                 :       Pokoknya nggak salahkan?
DEANITA          :       kamu cerewet bener sih. Sekarang coba bergerak sendiri.
RARA                 ;       Baik. Lihat, ya!! --- Ayo, putar dong musiknya.
IRENE                :       Nggak usah pakai musik.
RARA                 :       Uuuh, nggak mungkin, bagaimana bisa??
IRENE                :       Tadi kamu bilang sudah apal.
RARA                 :       Putar musiknya dan aku pasti apal.
SENJA                :       Gimana sih. Mau ngomong terus atau mau latihan. Kalau ngomong terus lebih baik aku latihan di rumah Ryan.
SEMUA              :       Woooo!!!!
IRENE                :       Biar aja deh Senja ke sana. --- ( Berbisik pada Deanita ) Dia lagi naksir---
SENJA                :       Kamu ngaco. Kemarin Irene bilang begini padaku : Senja, coba lihat cowok di TV itu tampangnya persis Eko yaa??
SEMUA              :       Wooo!!!
IRENE                :       ( Menjambak rambut Senja ) Noraak !!!!!
SENJA                :       ( Menghindar, lari memencet tape-recorder. Musik berbunyi keras lagi. Semua bergerak lucu melupakan semuanya ).

                            ******
                            SEPTHA IRI PADA SALMA
                            Malam hari. Di luar hujan terdengar rintik-rintik. Tora muncul membawa nyala lilin. Di ketiaknya terselip buku pelajaran.
TORA                 :       ( Membaca dengan suara keras )
                                    Matahari terbit di timur tenggelam di barat
                                    Angin berhembus menggoyang dahan dan ranting
                                    Burung terbang lalu hinggap di pohon
                                    ( Muncul Septha )
SEPTHA             :       Assalamu’alaikum.
TORA                 :       Walaikum salam ( menutup bukunya)
                                    Septha, sendirian??
SEPTHA             :       Ya.
TORA                 :       Kamu kehujanan ??
SEPTHA             :       Sedikit. Di sana lampu juga mati.
TORA                 :       Duduklah di sini. --- Tadi kamu nggak jualan.
SEPTHA             :       Aku nggak dapat jatah.
TORA                 :       Kamu pasti terlambat datang.
SEPTHA             :       Tapi aku sudah titip pada Enju.
TORA                 :       Tadi Enju juga tidak kelihatan. Barangkali jualan di tempat lain.
SEPTHA             :       Besok bagaimana??
TORA                 :       Kamu mau titip??
SEPTHA             :       Kamu nggak keberatan??
TORA                 :       Tapi harus bener-bener kamu ambil, kalau nggak aku rugi.
SEPTHA             :       Sumpah deh! Yaa!! --- Gitu aja yaa.. Oh, yaa, aku dengar Salma akhirnya mau juga nganter majalah??
TORA                 :       Memang sudah lama dia ngincar langganan.
SEPTHA             :       Lain kali bagi-bagi dong sama aku.
TORA                 :       Gampang. Kalau ada lagi pastti aku kasih kamu.
SEPTHA             :       Makasih. Aku pulang dulu.
                                    ( Septha pergi )
TORA                 :       Aku lapar. Aku mau makan.
                                    Lilin ini sebaiknya di matikan. O, ya, korek api tadi di mana??
                                    ( Meraba seluruh kantongnya )  ada di sini.
                                    ( Lilin di matikan. Gelap. Terdengar suara memanggilnya )
                                    Apa??
                                    Aku di sini!
                                     ( Muncul anak –anak lain melingkarinya )
                                     Sering aku melihat kalian.
                                    Biasanya kalian berseragam sekolah.
SEMUA              :       Kami juga sering melihatmu menjual koran dan majalah. Siapa namamu?
TORA                 :       Tora.
SEMUA              :       Cuma itu?
TORA                 :       Ya. Cuma Tora.
SEMUA              :       Singkat bener.
TORA                 :       Namamu??
SEMUA              :       ( Satu persatu menyebutkan namanya, lalu satu persatupula pergi meninggalkan Tora sendiri ).
                            SELESAI